Selasa, 03 Februari 2009

Arti Ibadah Menurut Islam (bagian 4).

07 IBADAH PEMBENTUK TAMADUN (PERADABAN) ISLAM
DARI pengertian kita mengenai ibadah yang mesti menempuh lima syarat penting yaitu niat, pelaksanaan, natijah, sah atau halalnya amalan serta tidak melalaikan amalan asas, apa yang dapat kita rumuskan?

Setelah setiap amalan yang meliputi lima syarat itu berjalan dengan baik dan dapat dianggap sebagai ibadah yang akan ALLAH beri ganjaran syurga di akhirat kelak, maka segala susunan hidup akan berjalan dengan baik dan teratur mengikuti landasan yang menuju kepada satu tujuan. Masing-masing berlomba-lomba mencapai tujuan itu dan kita jumpai masing-masing landasan tidak pernah merintangi landasan orang lain. Tidakkah itu merupakan satu tamadun Islam yang mempunyai ciri-ciri tersendiri yang semestinya dapat dianggap lebih maju dari yang dikatakan kemajuan zaman modern. Dalam keindahan nilai hidup itu, akan kita dapatkan satu masyarakat yang benar-benar berdikari tanpa menyandarkan nasib kepada manusia lain yang sering berpandangan negatif terhadap Islam.

Dalam tamadun Islam itulah akan lahir satu bentuk kebudayaan yang tersendiri, kebudayaan yang penuh disiplin serta bersatu. Masing-masing mempunyai satu rasa tanggung jawab, penuh kasih sayang yang diikat kukuh dengan pertalian iman dan Islam. Itulah yang menjadi pendorong dan landasan pembentukan tamadun Islam. Tidak dengan dipaksa atau dimasukkan ke telinga dan jiwa masing-masing dengan kata-kata bersemangat dan sebagainya. Apakah yang menjadi pegangan masyarakat yang telah terbentuk itu. Tidak lain dan tidak bukan adalah Al Quran dan As Sunnah yang menjadi undang-undang utama bagi mereka untuk merujuk segala persoalan.

Dengan berpegang kepada 2 perundangan yang disampaikan oleh ALLAH itu, dengan sendirinya mendorong manusia menegakkan sistem pendidikan dan pelajaran, menegakkan ekonomi, menegakkan negara, menegakkan jihad, menegakkan tentara dan sebagainya.

Dengan itu jelaslah bahwa tamadun dan kebudayaan Islam bukan berdiri di atas landasan tamadun atau kebudayaan orang lain. Setiap aspek ibadah dalam Islam memiliki tamadun tersendiri, bukan saduran dari ciptaan manusia. Tamadun dan kebudayaan Islam adalah ciptaan ALLAH yang cukup lengkap peraturan-peraturan dan disiplin-disiplinnya. Tidak ada satu pasal pun yang tertinggal di dalam undang-undang Al Quran yang mengharuskan manusia membuat penyesuaian dari tahun ke tahun. Tidak perlu persidangan membetulkan undang-undang. Semua bab dan semua pasal telah lengkap serta dapat bertahan sampai dunia kiamat.

Apa yang coba dilahirkan oleh umat Islam hari ini dengan bermati-matian dan bersusah payah di dalam seminar-seminar dan persidangan baik di dalam maupun luar negeri hanyalah tamadun umat Islam semata-mata yang berlainan dengan Tamadun Islam. Tamadun Islam memang sudah diciptakan di zaman Rasulullah SAW tetapi ditolak oleh umat Islam kini sehingga mereka mencoba melahirkan tamadun umat Islam. Mungkin mereka membangun tamadun umat Islam berlandaskan faham-faham kapitalisme, sosialisme, komunisme, nasionalisme dan berbagai-bagai ‘isme’ lainnya. Semua itu tidak dianggap ibadah.

Hasilnya jauh menyimpang dari tamadun Islam. Tamadun umat Islam merupakan hasil usaha akal dan hawa nafsu yang didorong oleh semangat, jiwa atau ruh orang lain yang kita pinjam, sementara itu jiwa dan ruh kita sendiri telah dirusak oleh mereka. Dengan perbuatan itu, umat Islam hanya mengembangkan dan memajukan tamadun dan kebudayaan orang lain.

Perlukah kita berbangga dengan kemajuan yang dicapai melalui proses yang bukan merupakan hasil ibadah? Dapatkah kita bangga dengan tamadun yang diciptakan oleh mereka yang tidak lagi berjiwa Islam? Kalau kita turut berbangga, artinya kita tidak kenal apa itu tamadun Islam dan apa itu kebudayaan Islam.

Kemajuan dan peradaban Islam itu adalah suatu yang suci dan murni, yang akan memberi keselamatan dan kesejahteraan kepada umat, karena dibangun oleh orang yang berjiwa suci, yang hatinya memiliki pertalian dengan ALLAH dan alam akhirat. Oleh karena itu, kita tidak mau menerima suatu kemajuan lama, yang kerap dibanggakan di dalam pertunjukan besar-besaran, pameran bertaraf dunia dan sebagainya. Kita banyak sekali keliru dengan pameran-pameran yang menunjukkan kemajuan barang-barang ukiran umat Islam, pakaian-pakaian sutera lelaki, bejana-bejana emas, perak, ukiran patung-patung atau peninggalan umat zaman silam seperti arsitektur masjid atau istana dan tiang-tiangnya, mihrabnya, kubahnya berlapis emas. Itu bukan kemajuan Islam atau peradaban Islam malah terdapat benda-benda yang haram di sisi Islam. Islam tidak mendorong membuat benda-benda seperti patung, ukiran patung dan lain-lain. Bahkan Islam melarang semua itu.

Selama ini kita telah dibuat keliru oleh sebagian umat Islam yang fikirannya telah diselewengkan oleh musuh-musuh Islam yang mengatakan bahwa setiap usaha atau kemajuan yang dicapai oleh umat Islam adalah tamadun dan peradaban Islam, walaupun bertentangan dengan akidah dan syariat Islam. Karena itu ada segolongan manusia yang menepuk dada, bangga dengan usaha-usaha mereka dalam menegakkan pendidikan, ekonomi atau politik dan berkata bahwa mereka telah berbakti kepada umat Islam karena bakti atau ibadah itu bukan sekedar shalat atau urusan mesjid saja. Benar, semua itu adalah ibadah. Tetapi salahnya, semua itu dilaksanakan tidak mengikut syariat Islam dan tidak berpegang kepada lima syarat ibadah itu.

Karena itu apakah hasil dari usaha yang mereka katakan ibadah itu dapat mewujudkan satu sistem dan peraturan hidup seperti yang diterangkan sebelumnya? Sayang sekali, yang terjadi pada saat ini merupakan penghinaan yang ALLAH timpakan kepada manusia disebabkan kesalahan umat Islam. Bagi mereka hasil dan sistem kemajuan tamadun itu tidak menjadi persoalan utama karena itu adalah masalah mereka yang datang kemudian.

08 IBADAH PEMBENTUK KEBUDAYAAN ISLAM
SEBAGAIMANA yang telah kita uraikan dalam Bab Ketujuh, bahwa karena manusia mengerjakan amalannya menurut syarat-syarat ibadah serta berlandaskan kepada Al Quran dan As Sunnah, maka lahirlah satu generasi tamadun Islam. Islam yang bertamadun itu tentunya mempunyai kebudayaan tersendiri. Maka di dalam bab ini marilah kita tinjau sedikit tentang apa yang dikatakan kebudayaan Islam dan bagaimana syariat mendorong pembentukan kebudayaan Islam.

Apakah Islam itu suatu kebudayaan? Begitu banyak sekali pakar kebudayaan sekarang ini menyuarakan pendapat itu. Mereka dengan lantang mengatakan bahwa Islam itu adalah kebudayaan karena merupakan satu cara hidup atau way of life. Apakah pendapat mereka benar? Marilah kita perhatikan takrif kebudayaan.

Kebudayaan itu adalah suatu hasil usaha tenaga fikiran dan tenaga lahir manusia. Kalau demikianlah takrif kebudayaan maka nyatalah bahwa syariat Islam itu bukan kebudayaan karena Islam itu bukan wujud dari hasil fikiran manusia atau bukan hasil usaha lahir manusia. Al Quran yang merupakan sumber syariat Islam bukan hasil ciptaan manusia. Islam adalah wahyu dari ALLAH SWT. Dengan itu jelaslah bahwa barang siapa mengatakan yang syariat Islam itu suatu kebudayaan, maka ia telah melakukan suatu kesalahan yang besar.

Namun demikian kita mengakui bahwa syariat Islam mendorong umat Islam berkebudayaan. Hal itu akan berhasil sekiranya segala perintah dalam Islam diamalkan mengikuti syariat dan syarat-syaratnya. Di bawah ini kita kemukakan beberapa contoh bagaimana umat Islam dengan sendirinya terdorong membentuk satu kebudayaan Islam hasil dari usaha mereka mengikuti perintah ALLAH. Firman ALLAH b‡rbunyi:

Artinya: “Janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan keadaan angkuh.”
(Al Isra’: 37)

Ayat itu jelas membentuk suatu pribadi Islam yang akan menjadi satu bentuk kebudayaan di mana seluruh umat Islam tidak akan mempunyai sifat angkuh. Sebaliknya akan mempunyai sikap tawadhuk dan merendahkan diri.

Al Quran menyuruh kita memberi salam seperti dalam ayat:

Maksudnya: “Apabila kamu diberi ucapan salam, maka hendaklah kamu mengucapkan dengan sebaik-baiknya atau kembalikan dengan yang sama. “
(An Nisa’: 86)

Itulah kebudayaan Islam, yaitu suatu amalan umat Islam memberi salam ketika bertemu sesamanya. Umat Islam mempunyai satu ucapan yang murni dalam memberi salam bukan kebudayaan yang disadur seperti ‘selamat pagi’ atau ‘Hello’ dan sebagainya.

Syariat Islam menetapkan suatu bentuk pakaian wanita Islam. Syariat menyuruh wanita Islam menutup aurat seperti perintah ALLAH :

Maksudnya: Wahai Nabi, katakanlah olehmu kepada isteri-isterimu dan anak- anak perempuanmu dan perempuan-perempuan mukmin agar mereka melabuhkan jilbab mereka karena yang demikian itu hampir dikenal sebagai wanifa yang beriman, maka tidak akan diganggu dan adalah ALLAH itu Maha Pengampun dan Maha Pengasih.
(Al Ahzab : 59)

Itulah satu lagi kebudayaan Islam yang menentukan cara berpakaian wanita Islam. Berpakaian menutup aurat adalah wajib dan bukan diciptakan oleh pikiran manusia atau suatu bentuk mode seperti yang dikatakan orang banyak. Ada yang mengatakan pakaian wanita sebenarnya adalah pakaian adat yang ada pada mereka. Sungguh lantang mereka menentang perintah ALLAH!

Seterusnya ALLAH berfirman :

Maksudnya: “Bahwasanya yang mengimarahkan masjid ALLAH Taala ialah orang yang beriman dengan ALLAH dan hari akhirat, yang mendirikan shalat dan yang membayar zakat, dia tidak takut melainkan kepada ALLAH. Mudah-mudahan mereka itu termasuk orang yang mendapat petunjuk”-
(At Taubah: 18)

Dalam ayat di atas disebut perkataan Ya’muru yang maksudnya ialah ‘orang yang membangun mesjid’ dan ‘yang meramaikan mesjid’ untuk beribadah kepada ALLAH. Umat Islam yang mengikuti perintah ayat itu dan sesuai dengan syarat-syarat yang digariskan oleh syariat, maka itulah kebudayaan Islam. Mesjid itu adalah kebudayaan Islam.

Al Quran mengatakan supaya umat Islam berjalan mengembara seperti dalam ayat berikut:

Maksudnya: ‘Berjalanlah kamu di atas muka bumi”
(Al An’am: 11)

Jika sekiranya umat Islam mengikuti perintah itu dan mengembara di bumi Tuhan untuk mencari pengalaman yang baik mengikuti lima syarat ibadah, maka itu dapat dianggap sebagai kebudayaan Islam. Mengembara mencari pengalaman yang baik dan dapat memberi manfaat kepada seluruh umat Islam adalah satu kebudayaan Islam.

Umat Islam digalakkan untuk menuntut ilmu dan itu jelas sebagaimana firman ALLAH berikut ini:

Maksudnya: “ALLAH mengangkat orang yang beriman dari kamu dan mereka yang diberi ilmu pengetahuan dengan beberapa derajat.”
(Al Mujadilah: 11)

Hal itu merupakan satu lagi bentuk kebudayaan Islam. Syariat menuntut supaya umat Islam belajar mencari ilmu, karena itu umat Islam dituntut untuk mendirikan tempat-tempat mencari ilmu (sekolah/universitas).

Mengenai hidup bermasyarakat, dalam Al Quran ada sepotong ayat yang berbunyi:

Maksudnya: "Bertolong bantulah kamu di dalam berbuat kebajikan dan ketakwaan dan janganlah kamu bertolong bantu di dalam dosa dan permusuhan. “
(Al Maidah: 2)

Jelas sekali umat Islam diajak hidup bergotong royong dan saling bantu membantu dalam semua aspek kehidupan seperti mendirikan masjid, sekolah-sekolah, rumah sakit Islam, mendirikan rumah anak-anak yatim dan sebagainya. Itulah kebudayaan Islam. Dan dalam hal itu umat Islam dilarang bekerja sama dalam dosa dan bermusuh -musuhan.Demikianlah beberapa petikan yang dapat mendorong umat Islam melahirkan suatu kebudayaan yang tersendiri. Kebudayaan itu menjadi suatu ibadah untuk umat Islam yang membangunnya. Mereka akan diberi ganjaran syurga di akhirat kelak. Di samping menjadi ibadah, juga merupakan kemajuan yang dapat memberi menafaat kepada seluruh manusia di dunia.

Tidak ada komentar: