Kamis, 05 Februari 2009

Valentine?.. Boleh Gak yah Dirayain???


Sebenernya Boleh Nggak sih Ngerayain Valentine?

Bentar lagi banyak orang, media, pebisnis merayakan hari yang nggak jelas ini ...


Tidak diketahui pasti sejak kapan Valentine’s Day dirayakan di Indonesia. Namun realitanya sekitar pertengahan 1980-an, perayaan Valentine’s Day sudah dilakukan para remaja Indonesia di kota-kota besar.

Hari Kasih Sayang atau yang lebih ‘modern’ disebut sebagai Hari Valentine (Valentine’s Day), berasal dari suatu ritual paganisme, ritual satanis, yang penuh dengan kemaksiatan. Ritual kuno ini di zaman Romawi dikenal sebagai Lupercalia Festival, di mana para pemuda dan pemudi diperbolehkan melakukan kemaksiatan secara bebas di mana pun mereka mau.

Euphoria hampir dipastikan bakal kembali mengguncang dunia, jutaan manusia tak terkecuali di negeri ini bersiap memperingati medio februari yang sarat kontroversi, sayangnya banyak yang sebatas ikut-ikutan tanpa pernah tahu dan peduli tentang “sisi negatif” valentine day yang telah di salah tafsirkan sebagai perayaan hari kasih sayang.
Di Barat Valentine Day menjadi hari raya ketiga setelah Natal dan Tahun Baru, kehadirannya yang memiliki muatan dan makna religius bagi kaum kristiani seharusnya disadari oleh sebagian kalangan generasi muda Islam bahwa kebiasaan untuk memperingati dan merayakan valentine day harus dikaji ulang, di koreksi dan dipahami sebagai tindakan salah adaptasi dan salah adopsi.
Penelusuran lebih lanjut mengapa valentine day bisa menyebar hingga ke seluruh belahan dunia akan membawa kita pada skenario bisnis gerakan kapitalis yang sengaja gencar melakukan promosi atas nama hari kasih sayang demi meraup keuntungan bisnis yang luar biasa besar dengan membidik secara khusus segmen kaum muda di seluruh dunia.
Tentu saja valentine day menjadi moment yang paling menguntungkan bagi pengusaha kartu ucapan, pengusaha bunga, pengusaha hotel, pengusaha aksesoris dan sejenisnya, Jadi jangan buru - buru terperangah apalagi tergoda dengan moment valentine day yang senantiasa tampil meriah.

Pornoaksi terselubung
Bagi kalangan muda, Hari Valentine cenderung ditafsirkan secara sempit sebagai moment penting untuk menjalin hubungan muda - mudi yang serius bukan lagi ungkapan kasih sayang yang tulus dan universal tanpa melibatkan kontak fisik, Kebanyakan generasi muda utamanya di negara - negara barat merayakan valentine dengan sebuah janji kencan yang sering di akhiri dengan kontak fisik dan perzinahan, Naudzubillah.
Dalam budaya masyarakat barat yang toleran dan terbuka terhadap perilaku seks bebas, perayaan valentine diwarnai dengan kencan pasangan - pasangan muda sepanjang malam itu, bahkan beberapa tempat dan hotel sengaja menggelar aneka acara yang berakhir dengan pesta - pesta kemaksiatan.
Sementara bagi generasi muda bangsa kita yang berbudaya ketimuran dan lebih khusus lagi bagi generasi muda Islam sudah sepatutnya bersiap membentengi diri dari virus pornoaksi yang terselubung dan tersamarkan dalam balutan perayaan valentine day.

Ketidakjelasan sejarah valentine day
Sebenarnya masih terdapat perbedaan versi dan beragam catatan mengenai akar sejarah valentine, jika dicermati ternyata tradisi ini mengadopsi pada kebiasaan masyarakat romawi kuno yang menganggap pertengahan bulan pebruari sebagai periode cinta dan kesuburan. Setiap tanggal 13-14 Februari para pendeta mengadakan ritual persembahan kepada dewa lupercus (sang dewa kesuburan) yang diakhiri dengan sebuah pesta atau perayaan Lupercalia pada tanggal 15 Februari sebagai puncaknya. Dalam berbagai literatur disebutkan pada hari itulah para pemuda berkumpul dan mengundi nama-nama gadis di dalam sebuah kotak. Lalu setiap pemuda dipersilakan mengambil nama secara acak. Gadis yang namanya ke luar harus menjadi kekasihnya selama setahun penuh untuk bersenang-senang dan menjadi obyek hiburan sang pemuda yang memilihnya.
Pada tahun 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati Santo Valentine yang secara kebetulan meninggal pada tanggal 14 Februari.
Catatan mengenai pendeta yang bernama santo valentine itupun masih bias karena hingga saat ini berkembang banyak versi khususnya latar belakang sejarah vonis hukuman mati yang dijatuhkan oleh penguasa romawi saat itu.
Versi yang paling terkenal adalah titah Kaisar Claudius II berupa larangan bagi para pemuda yang menjadi tentara untuk menikah karena menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat di dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Tindakan kaisar mendapat tentangan dari Santo Valentine yang secara diam - diam menikahkan banyak pemuda hingga ia ketahuan dan ditangkap. Kaisar Cladius memutuskan hukuman gantung bagi Santo Valentine yang dilakukan pada tanggal 14 Februari 269 M. Versi ini ternyata banyak ditentang oleh sebagian kalangan gereja yang tetap beranggapan bahwa Santo valentine di eksekusi karena berani menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak tradisi penyembahan atas tuhan - tuhan dan dewa - dewa orang Romawi.
Kesimpulannya, Valentine day memang dirayakan oleh gereja - gereja untuk menghapuskan tradisi paganisme kaum romawi kuno dan untuk mengganti persembahan kepada dewa lupercus dengan ritual valentine, namun yang mengejutkan sejak tahun 1969 terdapat gerakan untuk menghapus perayaan valentine dari kalender gereja khususnya untuk menghapus mitos dan legenda tentang santo dan santa yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Jika dari kalangan gereja sendiri muncul kesadaran untuk tidak merayakan valentine day mengapa generasi muda kita justru tidak mau belajar dari fakta ini ?!?!…

Kampanye anti valentine day

Atas dasar fakta diatas dan diatas landasan niat untuk membentengi akhlak generasi muda kita maka sudah sewajarnya setiap ummat Islam mengambil peran penting untuk turut mengkampanyekan gerakan anti valentine day dan secara khusus menyerukan kepada pemuda pemudi Islam untuk tidak terlibat dalam acara kasih sayang dan percintaan ala valentine’s day. Di sejumlah negara Islam belakangan ini muncul gerakan terbuka untuk menolak peringatan valentine day, di Mesir beberapa kalangan ummat Islam menyerukan untuk merubah Valentine’s Day dengan Muhammad Day. Seruan ini disampaikan di sejumlah situs internet baik website maupun blog. Mereka menyerukan pembenahan pemahaman cinta dengan pemahaman yang benar sesuai dengan ajaran Rasulullah Muhammad SAW. Seruan ‘Muhammad Day’ ini juga disebarkan secara meluas melalui pesan elektronik (e-mail) dan pesan singkat ponsel (sms). Gagasan Muhammad Day semata - mata bertujuan sebagai gerakan insidental kampanye anti valentine day yang otomatis tidak diagendakan untuk dilakukan setiap tahun.

Kampanye via sms

Siapapun bisa menjadi bagian dari gerakan anti valentine day dengan menyebarkan pernyataan singkat dibawah ini melalui pesan singkat (sms) :
“Stop Pornoaksi yang merebak dalam balutan valentine day, mari kita benahi pemahaman tentang cinta dan kasih sayang yang benar sesuai dengan ajaran Islam dan tuntunan Rasulullah Muhammad SAW”.
Akhirnya, berdasar fakta negatif dan nuansa pornoaksi yang terselubung dan merebak melalui peringatan hari valentine maka marilah kita secara bersama -sama satukan tekad “HAPUSKAN VALENTINE’S DAY SEKARANG JUGA !!!”


Agama Kristen yang datang kemudian dan menjadi agama resmi Roma di ssaat Kaisar Konstantin, mengadopsi ritual ini dan memolesnya dengan mitos Santo Valentinus yang oleh gereja sendiri diakui tidak bisa dipastikan asal-muasalnya. Belakangan, pada sekitar tahun 1960-an, Gereja Vatikan menghapus perayaan Valentine ini dari Kalender Gereja dan melarang umatnya untuk ikut-ikutan merayakan ritual tersebut karena jelas-jelas tidak berdasar.

Namun kian hari perayaan Valentine kian mendapat tempat di banyak anak-anak muda dunia. Hal ini ada dua kemungkinan yang bisa menjawabnya.
Pertama, para pebisnis melihat perayaan Hari Valentine merupakan sebuah momentum yang sangat bagus untuk dieksploitasi dan dijadikan ajang ‘perayaan bisnis’ guna meraup keuntungan material sebanyak-banyaknya. Sebab itulah, para pebisnis ini setiap tahun selalu saja ‘mempertahankan’ bahkan ‘menyuburkan’ perayaan Hari Valentine ini dan mengindoktrinasikan kepada otak-otak anak muda seluruh dunia bahwa Hari Valentine merupakan Hari Kasih Sayang yang harus dirayakan secara spesial. Caranya? Ya dengan membeli berbagai produk yang dikeluarkan oleh para pebisnis seperti coklat spesial berbentuk hati, boneka, bunga, kartu ucapan, bahkan di malam Hari Valentine, para pebisnis juga menanamkan pemikiran mereka bahwa belum komplit cinta mereka jika di Hari Valentine tidak dirayakan dengan makan malam berdua dalam suasana romantis di cafe-cafe dan hotel-hotel, nonton bioskop berdua, dan berakhir dengan membooking satu kamar hotel untuk menghabiskan malam spesial bersama pasangannya. Secara esensi hal ini sangat mirip dengan Lupercalia Festival berabad silam. Dan masyarakat Barat banyak yang memang sudah rusak secara norma dan nilai-nilai keagamaan, kian terjerumus. Ironisnya, hal ini secara latah diikuti oleh generasi muda yang berada di luar Barat dengan alasan modernisasi.

Kedua, kelakuan para pebisnis yang terus memelihara eksistensi perayaan Valentine didasari oleh dua motif di mana antara satu dengan yang lainnya saling terkait. Yang pertama adalah motif ekonomi yakni memanfaatkan semua celah untuk bisa di eksploitasi guna bisa mendatangkan keuntungan material sebanyak mungkin, dan kedua, hal ini juga selaras dengan indoktrinasi para ‘Tetua Yahudi’ yang dirumuskan dalam agenda bersama Gerakan Zionis Internasional ‘The Protocolat of Zions’ (disahkan dalam Konferensi Zionis Internasional I di Basel-Swiss, tahun 1897).

Kelompok-kelompok klandestin yang menggerakkan banyak konglomerat dunia ini menunggangi gereja agar dunia menganggap Valentine’s Day merupakan salah satu hari raya Kristen. Banyak yang terkecoh dan menerima hal yang sesungguhnya tidak tepat, sehingga Hari Valentine kadung dikenal sebagai bagian dari kekristenan sekarang ini. Padahal hal itu tidak benar sama sekali karena Injil tidak pernah menyinggung sedikitpun tentang Valentine. Banyak kalangan gereja menyatakan bahwa perayaan Valentine merupakan salah satu bentuk heresy (bid’ah) di dalam kekristenan yang harus dihindari.

Sebab itulah, para pemuka agama Islam di seluruh dunia dari golongan dan gerakan Islam mana pun telah sepakat bahwa HARAM hukumnya bagi umat Islam untuk ikut-ikutan merayakan Hari Valentine dengan tingkat partisipasi sekecil apa pun, bahkan sekadar mengucapkan “Selamat Hari Valentine”. Inilah beberapa fatwa yang dikeluarkan berkenaan dengan hari Valentine:

Firman Allah swt yang tercantum di dalam Al-Qur’an dan hadits Rasulullah saw merupakan dasar bagi fatwa-fatwa pelarangan ini. Dalam QS. Al-maidah ayat 51, Allah swt berfirman melarang umat Islam untuk meniru-niru atau meneladani kaum Yahudi dan Nasrani, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”


"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawaban.” (QS. Al Isra’ : 36)

Rasulullah saw dalam suatu haditsnya yang diriwayatkan oleh Bu Daud dan Imam Ahmad dari Ibnu Umar mengatakan, “Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dalam kaum tersebut.”

Barangsiapa melkaukan amal yang tiada didasari perintahku(Qur’an dan Sunnah), maka amal perbuatannya tertolak.” (HR. Ahmad)

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah juga berkata, “Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahawa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat hari raya!” dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai kepada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah.

Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah.”

Sudah menjadi jelaslah bahwa mengucapkan selamat hari Valentine saja tidak diperbolehkan menurut akidah Islam, apalagi ikut serta dan berperan aktif dalam perayaannya. Apa pun dalihnya. Karena dalih bisa saja dibuat hingga ribuan pasal. Tetapi esensinya adalah tidak diperbolehkan umat Islam turut serta sekecil apa pun untuk menyambut hari tersebut.

sumber:
ceramah singkat Ust.Aam Amirudin M.si
Eramuslim digest Edisi koleksi 5
dunia.pelajar-islam.or.id

Tidak ada komentar: